Selasa, 10 Juli 2012

PELIT vs IRIT (part 2)


Good day, folks! Akhirnya bisa nge-blog lagi. Berhubung beberapa minggu ini kerjaan di kantor menumpuk, jadinya baru bisa lanjut nulis. Hehe.

Hmm, saya tidak yakin ada yang tertarik untuk mambaca lanjutan dari topik ini. Tapi akan saya lanjutkan atas dasar moral dan etika. Apabila sebelumnya saya mengatakan akan menjelaskan mengenai “2 Perbedaan mendasar antara orang pelit dan irit”, ternyata saya salah :p
Yang benar ada 4, dan itupun bukan “perbedaan” namun “karakteristik yang dimiliki orang irit yang menjadikannya lebih baik dari orang pelit”. Jadi baiklah, mari kita lanjutkan pembelaan saya terhadap orang irit. Hahahahahahahahahahahahaha.

Inilah dia, 4 Karakteristik Yang Dimiliki Orang Irit Yang Menjadikannya Lebih Baik Dari Orang Pelit.


*perlu diperhatikan bahwa 1 orang irit tidak harus memiliki 4 karakteristik ini, ada yang hanya memiliki 2, 3, bahkan hanya salah satu


1. Kebutuhan Datang Bagai Pencuri

Pada tubuh setiap orang terdapat sebuah tombol yang disebut “tombol irit”. Dan apabila tombol ini dipencet, tubuh manusia akan mampu melakukan hal-hal yang tadinya tidak mampu dilakukan. Yang tadinya sulit menahan lapar, menjadi mampu menahan lapar. Yang tadinya malas jalan kaki, menjadi hobi jalan kaki. Layaknya tongkat kecil yang dimiliki Ultraman, tombol ini bisa mengubah kita menjadi manusia super.

Lalu kapan tombol ini digunakan? PADA SAAT SESEORANG MEMILIKI KEBUTUHAN MENDADAK. Pada anak kost, tombol ini sudah disetel untuk hidup secara otomatis pada akhir bulan. Hahahah. Supaya teman-teman lebih paham, saya akan memberikan ilustrasi. Simak percakapan berikut ini:


Butje   : Min, kok makannya dikit amat? biasanya elu makan kayak b*bi..
Mintje : Iya nih, gua lagi NGIRIT.. Dua bulan lagi, gua mesti beli laptop terbaru yang paling canggih buat dipake di Tugas Akhir gua..


Sedikit feedback ke topik awal kita mengenai beda IRIT dan PELIT. Kita sering mendengar orang berkata “lagi ngirit”. Tapi pernahkah kita mendengar orang berkata “lagi ngpelit”? Belum pernah bukan? Kalaupun pernah dengar pasti hanya sekali, karena tadi saya baru mengatakannya. Atau “sedang melakukan pengiritan” instead of “sedang melakukan pemelitan”. Hmmm, sampai disini seharusnya perbedaannya sudah lebih jelas, tapi saya akan lanjut.

Dari dialog antara Butje dan Mintje di atas, kita bisa melihat bahwa Mintje melakukan pengiritan dengan cara menabung sedikit demi sedikit agar pada saatnya nanti dia bisa memiliki uang yang cukup untuk membeli laptop idamannya (sekilas info, Mintje bukanlah orang yang irit. Tapi kerena adanya kebutuhan, maka dia harus menyalakan “tombol irit” miliknya). Dari sini izinkanlah saya untuk membuat persamaan “Ngirit=Nabung”.

Dimana pada saat ada KEBUTUHAN, seseorang akan MENABUNG, dan agar kebutuhan CEPAT TERCAPAI, tabungan harus CEPAT MENCAPAI TARGET, dan supaya tabungan bisa cepat mencapai target harus dilakukan PENGIRITAN.
(namun ada beberapa orang tertentu yang tidak mengikuti aturan ini, mengenai mereka akan saya jelaskan dalam poin 2)


Kita akan kembali membahas mengenai orang pelit dan orang irit. Pada saat orang pelit MENIMBUN KEKAYAAN untuk alasan yang tidak jelas, orang irit MENABUNG KEKAYAAN untuk alasan yang belum jelas.

Bingung kan?? Hehe. Beda tipis? Eiits, tidak juga. Sama seperti Mintje, orang irit juga menabung karena kebutuhan itu ada. Bedanya, Mintje memiliki target yang pasti: 1) Laptop seharga 7 juta rupiah, 2) dalam waktu 2 bulan. Sedangkan bagi orang irit, KEBUTUHAN DATANG BAGAI PENCURI. Kita tidak tahu dan tidak akan diberitahu kapan ia akan tiba. Kebutuhan itu BELUM TERLIHAT namun PASTI AKAN ADA. Sehingga bagi orang irit, setiap detik adalah menabung. “Tombol irit” mereka selalu on. Mereka selalu waspada akan datangnya kebutuhan mendadak. Selalu sedia payung sebelum hujan. Pemahaman mereka terhadap “Biaya tak terduga” berbeda dengan yang dipahami anggota dewan *ups*.

Berikut adalah sebuah skenario dalam kepala orang irit. “Bagaimana kalau suatu hari secara tiba-tiba ada obral HDD Eksternal besar besaran, barangnya tinggal satu, dan entah bagaimana saya harus segera membelinya pada detik itu juga, kalau tidak diambil orang lain?” Sehingga bagi mereka, dompet atau saldo ATM tidak boleh sampai kosong.

Akan tetapi, meskipun berorientasi kepada “kebutuhan tak terduga”, sebagian besar dari mereka sebenarnya juga memiliki suatu kebutuhan yang jelas. Dan biasanya kebutuhan mereka memiliki level yang tinggi. Misalnya: “ingin punya studio rekaman sendiri” “ingin buka rumah makan sendiri” “ingin liburan di antartika dengan uang sendiri” dsb.

2. Comfort Zone is a Dangerous Zone

Zona nyaman merupakan zona berbahaya. Statement ini juga merupakan filosofi yang dipegang dengan teguh oleh beberapa orang irit. Sebelumnya saya sudah menjelaskan mengenai “tombol irit” yang dimiliki setiap orang. Setiap orang? Ya, setiap orang. Seharusnya. Meskipun ada beberapa orang tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah menggunakan tombol ini. Karena takdir dan keadaan, mereka merasa tidak membutuhkan tombol ini. I like to call them “Lucky Bastards (Tidak, saya tidak sirik ataupun merasa iri terhadap mereka. Bahkan berteman dengan mereka sangat membawa kebahagiaan. Muahahahahaha). Dan para Lucky Bastards ini, karena tidak pernah menggunakan tombol mereka, tombol tersebut menjadi berkarat. Apabila sudah berkarat, maka pada saat dimana tombol ini BETUL-BETUL DIBUTUHKAN, akan butuh waktu lama untuk bisa berfungsi lagi.

Kembali kepada teman-teman kita para irit-ers. Beberapa orang irit merasa tidak nyaman hidup dalam kelimpahan. Beberapa orang irit tidak mau menjadi Lucky Bastard. Beberapa orang irit tidak mau memiliki tombol yang berkarat. Beberapa orang irit tidak mau terbiasa hidup enak. Beberapa orang irit takut pada saat mereka makan makanan mahal selama 2 minggu berturut-turut, pada minggu ke tiga mereka akan kehilangan “skill menahan lapar” yang telah dilatih bertahun-tahun. Jadi pada saat orang-orang pelit sibuk memuaskan diri dengan kekayaan mereka, orang-orang irit sibuk melatih diri agar mampu bertahan hidup di padang pasir sekalipun.


3. Anti Hedonisme

Poin ke tiga ini sesungguhnya berkaitan erat dengan poin ke dua. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, orang irit merasa khawatir dengan hidup enak. Jarang ditemui orang irit yang memanjakan diri secara berlebihan. Pasti banyak yang langsung mikir, “kasihan.. boring sekali hidup mereka” Hmm.. saya tidak mengenal semua orang irit di seluruh dunia, jadi statement itu bisa benar bisa juga tidak. Tapi lewat survey tidak resmi yang saya lakukan, saya mendapati bahwa sebagian besar orang irit adalah pelaku seni / pecinta seni. Termasuk saya sendiri :D *songong*. Ada juga yang suka kumpul-kumpul dengan para sahabatnya. Jadi mereka memperoleh kebahagiaan dari sesuatu yang intangible. Lebih ke pemuasan jiwa dibandingkan pemuasan fisik.

Oiya, apabila ada dari kalian yang punya teman yang irit lalu saat kalian lihat dia kalian mikir “kok dia mau ya hidup susah, manjain diri lah” saya akan bukakan suatu rahasia. Sesungguhnya teman kalian tersebut sama sekali tidak merasakan kesusahan seperti yang kalian pikir dia rasakan. Itu sudah jadi gaya hidupnya. Udah kayak napas. Dengan gaya hidup iritnya dia merasakan kebahagiaan dalam level yg sama (bahkan mungkin lebih tinggi) dari yang kalian rasakan. Orang irit memiliki standar kebahagiaan dibawah rata-rata, in other words hal-hal sederhana pun bisa membuat mereka mensyukuri hidup. Tidak muluk-muluk. Jadi secara mindset pun sudah berbeda. Sehingga, meskipun mereka memiliki mimpi yang besar seperti “punya studio rekaman sendiri”, hal kecil seperti “dibayarin ongkos angkot” sudah bisa membuat mereka memuja anda.

Soooooo disaat orang pelit tidak mau memberi roti kepada pengemis karena mau dihabiskan sendiri, orang irit tidak memberi roti kepada pengemis karena dia juga emang ngga makan roti. Hahahahahaha (ingat, orang irit hobi puasa).



4. Meringankan Beban Orangtua

Poin terakhir ini terdengar begitu mulia dan terkesan dibuat-buat. Hihihihi. Tapi dari ke-4 poin yang hanya dimaksudkan untuk main-main dan have fun, mungkin poin ke-4 ini yang paling serius dan mendekati kenyataan. Mohon maaf kalau pada bagian ini saya akan sedikit curhat :p Namun sebelumnya saya ingin mengemukakan fakta bahwa semua (ya, SEMUA alias 100%) orang irit yang saya kenal dan tahu, tidak suka meminta uang kepada orangtuanya, kecuali untuk keperluan studi. Tapi seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tidak mengenal semua orang irit di seluruh dunia. Jadi mungkin ada pengecualian.

Back to topic, dalam kasus ini mungkin saya termasuk yang paling parah. Waktu masih duduk di bangku SMP, saat semua teman-teman saya mengatakan kepada orangtua mereka bahwa buku cetak (yang sesungguhnya berharga 35ribu) berharga 50ribu, mungkin hanya saya yang berkata pada orangtua saya bahwa buku tersebut berharga 25ribu. Dan sedihnya lagi, orangtua saya malah mengira 25ribu itu adalah nilai yang sudah saya tambah-tambahi T.T Bahkan sampai detik ini saya jarang (pernah sih 1-2 kali) meminta uang untuk nonton bioskop, beli komik, majalah, ataupun main di Timez*ne. Saya selalu memakai uang tabungan saya. Saya keren bukan???? Bukan. Untunglah ada sahabat-sahabat saya seperti Butje, Mintje, Djolly, dan Bertje yang kadang-kadang suka mentraktir. Dan berhubung sekarang saya sudah punya penghasilan sendiri, maka dengan sendirinya poin ke-4 ini menjadi kadaluarsa. Dan mungkin saat bertemu nanti mereka akan balas minta ditraktir. Dan mungkin saya akan dengan senang hati mentraktir mereka. Mungkin. Di dunia ini tidak ada yang pasti. Bola itu bundar, kubus itu kotak, kerucut itu lancip, dan limas itu.. berbentuk limas. Intinya, hormati orangtua.



Selesai. Saya sudah menuangkan apa yang selama ini menjadi beban pikiran saya selama kurang lebih 20 tahun. Kalimat penutup? Hmmm.. Apabila kalian memiliki teman yang irit, bersyukurlah. Dia membuat persahabatan kalian lebih berwarna. Sayangilah dia, dan apabila ada waktu, sering-seringlah mentraktirnya. Karena pada saat kalian butuh pinjaman uang, biasanya hanya dialah yang masih berdompet tebal di tanggal tua (based on true story). Akhirnya, semoga tulisan ini bisa membawa manfaat bagi teman-teman sekalian.


Cheers from IMPI!!! :D


8 komentar:

  1. asadap, terharu kita da baca eh...wkwkwkwk
    memang katu ngn banget ni tulisan, bdw qt tre kalo ada pembagian buku cetak karena kasian pa tpe org tua qt bilang nda ada buku cetak ja jual waktu smp dulu...hikz

    BalasHapus
    Balasan
    1. qt le terharu klo pembaca terharu :D
      ya ampun ta nda sangka bole beking terharu, padahal cuma da tulis semau gue. ahahahay. beh,mantap ngn ber. ces dulu!

      Hapus
  2. sapa tu mintje dang? shoor? wkwkwk

    eh, tasuka ni tulisan ini. keren komang depe makna. mar btw, qt le ja minta doi buku pa ortu sesuai, qt le nd ja minta doi for mo babeli buku deng beli majalah, qt ja pake doi sandiri *yang ortu dakase noh. wkwkw.
    qt baru sadar kalo orang irit pe kebahagian di "mengirit"
    hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwk. duh terharu qt ee ta p tulisan menyentuh jiwa banyak orang ;)
      mintje itu mian XD
      masa ta mo bilang shor rupa b*bi. wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwk.
      jiaaah,ng deng berry le kote bgtu? pastiu le. i'm not special anymore. hiks

      Hapus
  3. behhh... syors keren. X3....
    jadi suka ba irit tre. ehe

    BalasHapus
  4. hono? dapa inga pa cikz .wkwkwk >,<

    BalasHapus
  5. PRESIDEN ANDREEEE...
    TRUE STORY banget!
    jujur qt tersentuh skali deng ngn pe postingan ini. dari postingan ini qt merasa sangat bangga menjadi orang Irit/hemat.
    semuanya benar, disaat org normal bokek di tanggal tua, orang irit justru sebaliknya (seperti punya cadangan kekuatan di tanggal tua).hidup org irit/hemat itu stabil, istilahnya kebutuhan mereka tercukupi kapan pun itu.
    mereka hanya menggunakan uang dengan bijak yang tentunya dengan tujuan yang jelas bukang rupa org koncudu. pastiu qt kalo org blg koncudu!
    qt bersyukur, karena dengan Hidup irit/hemat qt bisa jadi org yg sederhana yang senantiasa selalu bersyukur atas apa yg diberikanNya.
    apalagi skrg so jadi anak kost. Manajemen finansial yang paling penting, supaya boleh mo hidop di situasi penting sekali pun. :(
    intinya banyak pesan moral dari sikap irit/hemat. (^^)d

    huaaah.. btw ngn do pe lebay da blg pa ortu dp hrga buku cetak. =="

    BalasHapus